Beberapa wilayah di Indonesia masih menyisakan potensi gempa bumi yang cukup tinggi. Gempa dengan kekuatan 8 skala richter di permukaan mengancam kawasan Halmahera hingga Samudera Pasifik di utara Irian Jaya. Indonesia merupakan salah satu bagian wilayah di dunia yang mempunyai sistem seismotonik yang tergolong rumit dengan frekuensi kejadian gempa bumi cukup tinggi. Dalam website Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral disebutkan Fenomena tersebut disebabkan posisi Indonesia terletak pada wilayah tumbukan (pertemuan) 3 (tiga) buah lempeng besar berukuran benua yang secara terus menerus bergerak. Ketiga lempeng aktif tersebut adalah Hindia-Australia, Pasifik dan Eurasia.
Berdasarkan data yang terhimpun, diketahui bahwa gempa bumi berkekuatan lebih besar dari 6,5 Skala Richter di permukaan (Ms) berpeluang besar menyebabkan deformasi di daratan maupun di dasar laut. Kenampakan deformasi yang terjadi dapat diamati secara langsung bila episenter gempa bumi terjadi di daratan, sebagaimana teramati pada peristiwa gempa bumi Solor-Adonara (NTT) pada 25 Desember 1982 berkekuatan 6 Skala Richter yang menimbulkan patahan sepanjang ± 750 meter, serta adanya lajur retakan permukaan tanah sepanjang ± 1500 meter pada kejadian gempa bumi Liwa (Lampung) tahun 1994 dan ratusan meter patahan permukaan tanah akibat Gempabumi Kerinci (Jambi) tahun 1995. Dari peta frekuensi kejadian gempa bumi berfokus dangkal dan bersifat merusak, tampak bahwa gempa bumi berkekuatan 6 Ms berpeluang besar terjadi di kawasan Pulau Sumatera bagian barat, wilayah selatan Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, dan daratan Pulau Sulawesi.
Kekuatan terbesar mengancam kawasan Halmahera hingga Samudera Pasifik di utara Irian Jaya.
Sedangkan gempa bumi berkekuatan 7 Ms dapat terjadi pada dasar lautan di lantai Samudera Indonesia dari mulai barat laut Pulau Sumatera menerus hingga ke sebelah barat Aceh, sekitar Pulau Nias, Kepulauan Mentawai, sekitar Pulau Enggano, Selat Sunda, sebelah selatan Jawa Timur, selatan dan utara Kepulauan Nusa Tenggara termasuk Laut Flores, Laut Sawu, Laut Banda, Laut Sulawesi dan perairan sebelah timur Pulau Sulawesi sampai ke bagian barat Pulau Halmahera.
Selanjutnya gempa bumi yang tergolong sangat besar berkekuatan 8 Ms dapat terjadi di kawasan Halmahera hingga Samudera Pasifik di utara Papua . Peristiwa gempa tersebut selain dapat merusak fasilitas infrastruktur yang dimiliki penduduk, juga akan mengubah kondisi geologi/hidrogeologi secara cepat, misalnya penurunan debit mata air, berhentinya aliran mata air intrusi air laut ke dalam air tanah dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan terbentuknya rekahan-rekahan pada batuan akibat gempa.
Peristiwa gempa selain disebabkan oleh pergerakan lempeng, juga dapat disebabkan oleh aktivitas vulkanisme, atau kita kenal sebagai Gempa Vulkanik. Namun besarnya getaran dan penyebarannya tidak sehebat Gempa Tektonik.
Peristiwa gempa selain disebabkan oleh pergerakan lempeng, juga dapat disebabkan oleh aktivitas vulkanisme, atau kita kenal sebagai Gempa Vulkanik. Namun besarnya getaran dan penyebarannya tidak sehebat Gempa Tektonik.
Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral