GROBOGAN- Aliran sesat seakan tidak pernah habis di Indonesia. Yang terbaru aliran sesat yang dibawa oleh Mbah Suranto di Kecamatan Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah. Suranto, pemimpin padepokan, mengklaim sebagai seorang wali dan membebaskan pengikutnya untuk tidak melaksanakan salat, serta bebas bertukar pasangan. Aliran ini tumbuh subur di Desa Jetaksari, Desa Panunggalan, dan Desa Tuko, Kecamatan Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah. Aliran yang menyebut diri Padepokan Al Ma'had Tanwirul Qulub Pondok Padang Ati atau PPA.
Dalam menjalankan alirannya, Mbah Suranto juga mengajarkan pengikutnya untuk tidak salat dan hanya mewajibkanpengikutnya melakukan hadrah atau mengagungkan makhluk sebangsa api seperti jin dan syaitan dalam bentuk doa. Tidak kalah hebohnya, semua jamaah laki-laki yang mempunyai istri wajib memperbolehkan istrinya untuk digauli Suranto. Beberapa jamaah pun terlihat bangga jika bisa dipangku atau digauli oleh Suranto. Mereka pun mengabadikannya ke dalam foto dengan anggapan bisa terbebas dari dosa dan masuk surga. Dan bagi yang telah meninggal dunia akan terhindar dari siksa kubur jika rambut Suranto ditanam di makam tersebut. Nurhadi, mantan anggota jamaah aliran pondok Padang Ati, mengaku bahwa pernah mengikuti aliran itu selama dua bulan. Namun karena merasa ada pertentangan dengan ajaran tersebut akhirnya keluar dari ajaran Mbah Suranto.
Adnan Sulaiman, tokoh MUI Pulokulon, mengaku warga di tiga desa Kecamatan Polukulon merasa resah dan menentang keras aliran sesat ini karena sangat bertentangan dengan aqidah dan syariah islam.
Pihak desa pun telah melaporkan seluruh aktivitas aliran sesat ini ke pihak kepolisian dan meminta aliran sesat PPA yang diduga memiliki 300-an pengikut segera dibubarkan.
Adnan Sulaiman, tokoh MUI Pulokulon, mengaku warga di tiga desa Kecamatan Polukulon merasa resah dan menentang keras aliran sesat ini karena sangat bertentangan dengan aqidah dan syariah islam.
Pihak desa pun telah melaporkan seluruh aktivitas aliran sesat ini ke pihak kepolisian dan meminta aliran sesat PPA yang diduga memiliki 300-an pengikut segera dibubarkan.